Tuesday, March 14, 2006

gaji hewan naik

Hewan apa yang kaya dan bakal tambah kaya ? Jawabannya adalah Hewan Perwakilan Rakyat!!! Uhuiy.....
...................................
Gaji naik, kapan engkau menimpaku ? Sudah kurang lebih dua tahun aku kerja di warnet ini, gaji juga segitu mulu. Tak goyah dilanda kenaikan BBM. Nasib!

Enaknya para anggota DPR ! Gajinya mau dinaikkan. Bakal TAMBAH kaya ! Kalau dipikir - pikir, gajinya yang seharusnya dinaikkan adalah gaji para guru dan dosen. Apalagi kalau dengar di TV, ada yang sebulan gajinya cuma Rp 120.000,- . Mending ngelesi gak sieh ?!

Logikanya begini :
1. Jika gaji guru/dosen naik, maka mereka akan konsen terhadap para mahasiswanya di satu kampus saja. Gak comot sana - comot sini. Kalau sudah begitu khan, mobilitas dosen jadi tinggi. Jarang di kampus malahan! Mau minta tanda tangan KRS saja harus nunggu berjam - jam lamanya. Lagi pula dosen jadi kurang bisa mengembangkan mahasiswanya, soalnya mahasiswanya buanyak. Ada di kampus ini, di kampus itu. Kuliah jadi sering telat atau lebih gasik (seneng juga sieh...), atau sering ngubah tatanan jadwal. Masak kuliah S1-Reguler koq jam 15.30, apa bedanya sama ekstensi ?

2. Jika gaji guru/dosen tinggi, maka guru atau dosen adalah profesi yang akan menjadi rebutan. Dan pastinya, orang2 yang otaknya cemerlanglah yang bakal mampu merebut profesi itu. Kalau otak guru/dosennya cemerlang,... ada besar kemungkinan para murid/mahasiswanya juga cemerling (baca : sedikit cemerlang.) Anak - anak pintar nggak lagi masuk teknik, tapi masuk FKIP! Kalau sudah begitu, derajat pendidikan Indonesia bakal naik!

Guru dan dosen jangan hanya diberi gelar : Pahlawan Tanpa Tanda Jasa! Makan gelar apa ?!

Kalau aku jadi presiden (Bapak Presiden Mar - pantes gak ?), Insyaallah gajinya mau aku tukar. Anggota dewan dapat gajinya dosen, dosen dapat gajinya anggota dewan! Karena kalau aku pikir, Dewan kerjaannya apa, guru jasanya apa ?

Sunday, March 12, 2006

pilkades

Hidup di desa harus memasyarakat. Ikut ini itu biar gak dibilang orang yang gak memasyarakat. Biar gak di sekèng.
..........................
Mbah Mitro, (wah dari namanya sudah bisa ditebak dia tuh orang dari desa. Taulaaah aku khan juga dari desa. Dan mbah Mitro itu tetanggaku) menemuiku.
"Kersane, mbah ?",
"Pakmu po ra enek ?",
"Enten. Lha ajeng betah kalih kulo nopo pak-e ?"
"Yo kowe kabeh kene."
mbah mitro abisn nyoblos
Singkat cerita dia minta keluargaku untuk mendukung Mas Putut biar lolos jadi lurah di pilihan lurah mendatang. Oalaaah ceritanya tim sukses nieh....

"Yen isoh ki sak deso kene suarane dikompakne, lha mengko nduwe penjaluk opo monggo dirembug bareng".
Teknik pelobian yang hebat. Pakai iming - iming.
"Lha sisan iki mengko pas arisan yo mas Mar, kanca - kancamu ajaken. Mengko opo arep njaluk kajang, sound system, sing ono gunane dienggo kemajuane deso".
Tapi mbah, saya tidak suka ngekang - ngekang orang bersuara. Rekan rekan ya biarkan mereka bersuara menuruti hati nurani mereka. gituh.
Aku cuman manggut-manggut.

Lagian kalau bisa, para calon tuh dikumpulin aja. Biarkan masyarakat bertanya langsung kepada cakades (calon kepala desa) dalam kampanye kades bersama. Wah, kalau bisa begitu bakal enak. Soalnya aku sudah nyiapin beberapa pertanyaan buat cakades :
1. Dalam satu minggu, berapa kali Bapak sholat shubuh berjamaah di masjid. Bukan sholat shubuh saja, bukan berjamaah saja, tetapi SHOLAT SHUBUH BERJAMAAH DI MASJID. Penekanan ada di masing - masing kata.
2. Langkah konkret apa yang akan Bapak lakukan untuk menanggulangi perjudian yang kian menjadi mata pencaharian pilihan, dan mabuk - mabukan yang telah menjadi pelarian pemuda - pemuda bermasalah. (Tau khan, desaku khan paling terkenal dengan produsen minuman : sampai jumpa alias see you alias CIU)

Bapak gak sregep njagong ke warga yang ada hajatan gak papa, lha wong nanti akhirnya khan mereka juga mbalikin sumbangan lagi ke Bapak! Cuman, saya minta secara periodik bapak adakan audiensi untuk mendengarkan langsung keluhan masyarakat. LANGSING, eh LANGSUNG, Pak! Gak pakai perantara.

TNI tidak bisa membaca

Banyak orang yang berilmu namun tidak mengamalkan ilmunya. Banyak diantara manusia yang menggunakan aji-aji : kekuasaan. Mentang - mentang!
.........................................................
Kemarin ketika nyari SIM (ada yang mbuang ya ?), ada 3 kawanan orang berseragam TNI - AD. Mereka ada satu ruang denganku di poliklinik untuk menjalani tes mata. Masing - masing bawa isteri. Duduk dan langsung nyerahkan foto kopi KTP ke petugas. Sedangkan aku yang datang beberapa menit lebih dulu dari mereka disuruh nunggu. "Foto kopi KTPnya dibawa dulu", gitu kata petugas padaku. Akhirnya, petugas mencatat data kawanan TNI beserta istrinya. Lebih dulu dari pada aku. Huh!

Gak mau kalah, kaca mata untuk tes mata aku pegang duluan. "Siapa berikutnya ?", teriak petugas. AKU! kataku dalam hati. Aku langsung pakai kaca mata satu itu. Kayak pendekar. Jadi ingat iklan yang nawarin vetsin di TV. "Pokoknya saya minta yang paling enak!".

Di antrian loket pengembalian formulir, aku duduk "manis" menunggu dipanggil untuk pengambilan foto. Ada anggota TNI masuk ke dalam ruang loket pengembalian formulir lewat pintu yang bertuliskan : SELAIN PETUGAS DILARANG MASUK.

Mereka gak bisa baca kali ya!!!!


jika

bukan lagunya melly - ari laso, .

Jika aku mundur dari warnet maka :
1. gak ada fasilitas free internet access, dengan kata lain aku harus keluar uang untuk sekedar cek email. Boyoz band!
2. harus say goodbye sama temen-temen chat yang sering ketemu di mIRC. I'll miss u all.
3. gak bisa cuci mata lagi. Soalnya mata ini sering jadi fresh again kalau ada pelanggan yang cakep (wah!).
4. gak bakal ada acara begadang lagi. gak bakal ada acara pulang malam, kedinginan, deg-degan takut kalau² digoda sama si manis jembatan mojo!
5. ...

Friday, March 03, 2006

kembar

Kembar ? Menyenangkan tidak ya ? Kalau jawaban quis kembar sama jawaban punya dosen,... wuiih, menyenangkan!!!
Kalau sandal kembar ? Bisa - bisa tertukar tuh waktu ke masjid. Makanya kasih "tenger", biar beda.
Kalau wajah kembar sama teman ???
..................................................
Nugroho duduk di depan mbak-mbak pegawai kelurahan itu. Dia minta surat pengantar untuk mencari KTP. Eh, lebih tepatnya meremajakan KTP. Nugroho menyodorkan KTP-nya yang lama kepada petugas. Selang beberapa saat mengamati foto di KTP, petugas itu bertanya, "Lhoh, ini yang mau nyari surat pengantar masnya atau masnya ?", petugas itu menunjuk ke arah Nugroho dan ke arahku. Nugroho tersenyum.
"Saya, mbak."
"Lha koq fotonya malah mirip masnya itu ?!", sambung petugas. Untuk yang kedua kalinya menunjuk ke arahku. "kembar ya ?", tambahnya.
Aku dan Nugroho tertawa. Hahahahaha.....

Tadi juga, ketika aku main ke rumah Nugroho, seorang familinya bertanya kepada anaknya yang masih kecil,.. "Hayo, Om Nugroho yang mana ?"

Bukan hanya itu, Pak Abi, pembimbing PKL di SMA Negeri 1 Sukoharjo juga kelihatan agak kesulitan membedakan yang mana Mar, yang mana Nugroho. Memangnya gak ada bedanya ya, Pak ?



Apakah ada bedanya ?
Ketika kita bertemu
Dengan saat kita berpisah
sama-sama nikmat.

(Ebiet G. Ade)