Tuesday, January 22, 2008

rapotan (2)

Matahari belum begitu tinggi. Sinarnya sedikit mengusir gelap yang menguasai kelas Ali. Bau pengab ruangan karena tertutup seharian, disirnakan dengan semprotan pengharum ruang. Thit...thit...Nyalakan AC, biar ion-ion aerosol itu menyebar ke seluruh ruang.

In the morning
One by one orang tua berdatangan. Istilah jawanya: mbanyu mili. Datang dan pergi silih berganti. Masih pagi. Yang datang langsung terlayani tanpa harus mengantri. Mereka bicara seperlunya saja. Langsung to the point, tidak kebanyakan porsi basa-basi. Keburu ke kantor.
FAQ (Frequently Answer Questions):
Q: Bagaimana nilai anak saya, Yanda ?
A: Alhamdulillah ada kenaikan.
Q: Anak saya rangking berapa, Yanda ?
A: Wah, mohon maaf, saya tidak membuat rangking kelas karena dilarang dari Jakarta.
Setelah menjawab gitu, ku sodorkan legger nilai rapor. Biar mereka ngurutin sendiri kira-kira anak mereka ada di posisi "aman" ataukah masuk dalam "zona gelisah". Tidak kalah akal, mereka minta dikopikan legger nilai yang selembar itu biar bisa ngurutin di rumah dan ketahuan peringkat anaknya. Mohon maaf ya, Ma... tidak bisa.
Ada yang bisa menerima keputusan sekolah untuk merahasiakan rangking, tapi ada juga yang masih perlu diberi pengertian lagi.

Rada siangan dikit
Secara kesibukan, yang datang rada siangan dikit ini tidak begitu padet. Obrolan juga bertambah topiknya: kebiasaan anak-anak kalau di rumah. Belajarnya, bermainnya, mengatur waktunya, sampai ada yang konsultasi untuk memilih les: jarimatika atau sempoa. I told them, masing-masing ada plus dan minusnya. Tapi kalau saya, sekali lagi KALAU SAYA, jarimatika dan sempoa itu adalah "zat adiktif" yang menimbulkan "ketergantungan". Ketergantungan untuk menggunakan tangan dan apa itu namanya ya... yang dipakai untuk sempoa itu lhooo.... Tidak melatih anak untuk berproses, tapi mengajari anak untuk "instant".
Secara topik obrolan bertambah, orang tua yang masuk dalam waiting list juga bertambah. Ada yang nyadar kalau yang ngantri banyak kemudian mempersingkat obrolan, ada juga yang just go on...

Siang, after lunch
Dari daftar pengambilan rapor, masih ada 4 nama yang belum ditanda tangani. Artinya, ada 4 rapor siswa yang belum diambil oleh ortunya. SMS pun terkirim, berusaha mengemasnya dalam bahasa yang tegas, tapi santun. Alhamdulillah tidak lama, mereka datang.
Maaf, Yanda, susah mencari waktu untuk ijin. Maaf, Yanda, tadi di kantor masih banyak kerjaan. Maaf, Yanda, tadi ada tamu.
It doesn't matter. Yang penting hari ini rapor terambil semua. Mereka yang datang pada jam "after lunch", tidak banyak obrolannya. Terlihat dikejar waktu.

Dari "in the morning" sampe "siang, after lunch", ada satu orang tua yang pertanyaannya nyeleneh. Nyeleneh karena berbeda dari yang sering ditanyakan Mama-Papa yang lain. Yang bisa ditiru sama Mama-Papa yang lain (termasuk bekal buat Yandanya dalam mendidik anak, kelak). Begitu duduk di kursi depan mejaku, yang ditanyakan tidak nilai, tapi...
"Yanda, bagaimana akhlak anak saya di sekolah ?" Nilai tidak begitu dia kedepankan. Yang penting bagaimana sikap anak kepada yanda-bunda di sekolah juga kepada teman-temannya.
Dia mengungkapkannya dengan kerendahhatian yang tulus.

Dalam hati ini berdecak kagum. Joss tenan... Salut, Pa.

2 Comments:

Anonymous Anonymous said...

raport identik dengan nilai mata pelajaran sekolah sih. matematika lah, ipa lah, bahasa dan semuanya.

sementara urusan akhlak (apalagi di jaman sekarang) sepertinya sering terabaikan. gak dianggap penting dan utama..

-imgar-

9:28 PM  
Blogger bhowo said...

Siiip.... Dah siap-siap punya anak. Lha nikahe kapan sih? :p

9:41 AM  

Post a Comment

<< Home