Saturday, August 04, 2007

bercerai

Jam pertama pelajaran PKn, Mar bercerita tentang kerukunan dalam keluarga, kelas, dan lingkungan tempat tinggal. Mar memberikan beberapa contoh hidup rukun.
Mar memberikan catatan di papan. KERUKUNAN. Tulisan itu ku tulis besar-besar tepat di tengah-atas papan tulis putih. Lalu aku jelaskan kepada anak-anak bahwa mereka juga harus menuliskannya di tengah-atas.


Ada lima point yang aku catatkan. Lalu mereka pun menyalinnya di buku mereka masing-masing. Ada yang bertanya perihal tulisanku yang beberapa tidak terbaca dengan jelas oleh mereka.


"Yanda, yang nomor 4 itu bacanya apa, Yanda ?", tanya salah satu dari mereka."Nomor 4, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh." jelasku. Lalu ada anak yang lain yang menyambung: "yang bercerai siapa, Yanda ?"
Ni anak kelihatannya terlalu banyak melihat infotainment.

liburan


Tanggal 16 Juli 2007 kemarin adalah hari pertama aku bertatap muka dengan "anak-anakku". Dalam masa orientasi, mereka telah kubuatkan nama dada dari kertas yang dilaminating dengan latar bunga. Bunda-bunda bilang feminin. Bukan feminin, tapi hanya ingin menyesuaikan dengan jiwa-jiwa anak-anakku.

Sebagai awal dari tahun ajaran baru, aku berkenalan dengan mereka. Memberitahu mereka bahwa akulah yang menjadi wali kelas mereka. Kemudian aku menyuruh mereka bercerita tentang pengalaman liburan mereka pada selembar kertas yang telah aku persiapkan.

Hari berikutnya, aku bacakan hasil tulisan mereka. Ada yang pergi ke Jogja, ada juga yang mendapat kado sepeda. Setelah beberapa cerita aku bacakan, ..."Sekarang giliran Yanda yang cerita pengalaman liburan Yanda", teriak harfi."Ya...." yang lain kompak mendukung.
Lalu aku pun cerita kalau selama liburan aku hanya di rumah saja.Lagi, Harfi teriak: "Yanda liburan di rumah saja karena tidak punya uang untuk pergi-pergi ya, Yanda ?"
"Duuuh,... Yanda koq tidak punya uang... ya punya donk!", tangkisku.

Harfi. Anaknya kecil, bersuara serak dan keras. Tapi dia cerdas. Aku tahu dari tatapan matanya. Berisi, gitu.