Thursday, July 28, 2005

lika-liku penunggu (17+)

Jamantek alias Jaminan Iman Tenaga Kerja. Yang ini ada gak ya,....
Yang pasti, yang satu ini belum ada lembaga atau instansi yang mengurusi. Harus diurus sendiri². Mandiri banget gito loooh!!!

Setiap pekerjaan pasti ada resikonya. Entah besar atau kecil, kehadiran mas Resiko merupakan sebuah keniscayaan.

Seperti pekerjaan yang
aku jalani ini, banyak sekali resikonya. kalo iman tidak kuat, bisa² carut - marut nieh mental.

Tempo hari, ada seorang Bapak² datang ke warnet. Dari penampilan, sepertinya sudah sekitar limapuluhan tahun. Nieh bapak mau ngerental atau mau minta tolong apa ya,....
"Mari, Pak..."
"E,...Mas,...mau internetan"
"O, ya,...silakan"
aku menunjuk komputer client nomer 3. Orang² dengan tampang-maaf ya Pak-seperti dia biasanya mencari komputer yang "strategis". Komputer yang ku tunjukkan kebetulan kosong, dan letaknya memang sangat menguntungkan.
"Tapi saya diajari ya, Mas" pintanya.
Tidak seperti dugaanku, ternyata bapak ini gaptek juga.
Kuantarkan dia di komp
uter client nomer 3. Aku ajari dia bagaimana masuk billing, sampai menggunakan internet.
"Untuk berinternet, bapak bisa klik dua kali huruf ini" panduku sambil mengarahkan kursor ke huruf "e" di desktop.
klik,...klik,.....
"kalo sudah,... tunggu sebentar sampai muncul jendela baru...naah kayak gini."
"alamat web yang ingin dibuka diketikkan di sini ini, Pak" kucoba menjelaskan dengan "bahasa pasar" agar mudah dimengerti. "bapak mau buka website apa ?", tanyaku kemudian.
beberapa saat bapak itu terdiam.
"atau gini aja, bapak mau mencari informasi tentang apa, Pak" kuubah pertanyaanku berharap bapak itu tanggap.


Dia memandangi keyboard beberapa saat. Lalu mulai mengetik dengan jari telunjuknya.
"S........", sorot matanya menyapu keyboard. lalu dia mengetik lagi "...E....", lagi² dia mencari huruf yang hendak diketikkan. Sementara dia sibuk mencari, aku mencoba menebak kata apa yang akan beliau ketik. Belum sempat aku menerka, bapak itu sudah menekan tombol keyboard,..."...X...".
OPS!!! Waduh, nieh bapak, tua² masih nyari yang kayak gituan. Dadaku berdegup kencang. Aku memandangi paras polosnya. Segera aku alihkan pandangan menuju monitor dan,...
"o,...kalo bapak mau nyari yang kayak gitua
n, bapak bisa buka ini,..." (coba tebak aku mau mengetikkan apa hayo!)
we we we dot gugel dot kom. mulutku mengeja kata yang aku ketikkan.
"kalo sudah, bapak bisa mengetikkan apa yang bapak cari di sini...."

Duh,... serba salah. (iya gak ya....). Di satu sisi, bapak ini butuh bimbingan. Tetapi di sisi lain, koq dia minta dibimbing yang ke arah "situ". Memang sieh aku sudah 17+, tapi bagaimana kalo kepengen hayo.....huahahahaha... bisa berabe.

Itu salah satu hal yang pernah aku alami selama kerja sebagai "penunggu". Ada lagi,...

Malam belum cukup larut. Warnet sepi pengunjung. Seorang mas², gemuk, putih, kelihatannya sieh mix!, masuk warnet dan,...
"yang bisa dipakai yang mana, Mas ?" tanya dia kepadaku.
aku menunjukkan beberapa komputer yang nganggur tidak terpakai.

Kurang lebih satu jam beliau bermain internet. Ku remote dari komputer billing, dia tidak membuka website yang "aneh²". Lagian kalau dilihat dari tampangnya, dia tidak seperti orang yang suka mencari deterjen mata di dunia maya.
Dia beranjak dari kursi dan menuju ke komputer billing dimana aku duduk.
"Kalo mindah file ke CD bisa, Mas ?"
"O,..bisa, Mas", jawabku.
"Mmmmm,...gimana ya,...sebenarnya saya malu...", katanya kemudian.
"Malu kenapa, Mas ?", usutku.
"Soalnya CD dago..."katanya.
"Dago..? Dago itu apa sieh, Mas ?" tanyaku ketika aku merasa asing dengan istilah itu.
"Gini aja, coba filenya dibuka dulu ya, Mas, bisa jalan tidak. Kalo bisa nanti di copy ke CD kalo tidak bisa ya tidak jadi saj
a." kemukanya.
"O,...ya...", aku mengiyakan.
Sebelum membuka filenya, aku sudah menebak. Paling² filenya nanti tidak jauh² dari "itu".
"yang file ke dua aja, Mas", pinta mas² itu.
Aku klik kanan, open with, windows media player. Lhah dalah lak tenan to,.... File itu langsung menampakkan adegan seorang Adam dan Hawa di tempat tidur,... Aduuuuh,.... aku langsung gemetaran.
"Ya sudah, Mas, berarti bisa." bicaranya sekaligus menginstruksikan kepadaku untuk menghentikan video itu.

Begitulah,.... Aku harus tebal iman.

Apalagi yang barusan,...
Seorang pemuda berambut gondrong menghampiri Mas Joko, penjual susu segar di depan warnet, yang kebetulan juga sedang membuka-buka web blablabla... Mereka bercakap-cakap.
"Eh, Po,...ono duwit ra, Po ? Telung atus wae. Iki ini wong butuh." Tanya mas Joko kepadaku.
Sempat aku su'udlon : wah, cowok yang barusan masuk pasti garong!
"Yen ono, barang iki gowonen dhisik", dia menyodorkan Nokia6600. WOW, siapa yang gak mau, Rp 300.000,- = Nokia6600. Di hati ini ada hasrat memilikinya. Bagus sekali, sieh.
Tapi halal tidak ya,...
"Yen ono bayaren wae" desak mas Joko lagi.
"aku ra nduwe duwit koq, Mas" kataku dengan sedikit menyesal. Kenapa honor asistenku belum cair ya,...kalo sudah khan aku bisa gunakan untuk mbayar HP itu.
"Opo nyiliho duwit warnet dhisik wae...", desaknya lagi.
Hatiku bergejolak.
Mmmmm,...aku bisa saja pinjam uang warnet, tapi nanti gimana caranya bilang ke Big Boss ?Atau seandainya tidak selarut ini, aku bisa jual HPku untuk gantian membayar HP itu. Bayangkan!!! Rp 300rb = Nokia6600.
Tapi apa barang itu halal ? Barang tidak halal khan biasanya tidak bertahan lama. Mudah hilang. Tidak membawa berkah. Contoh sepele : pulpen temuan. Gak ada koq pulpen yang sering aku temukan bisa bertahan lama...
"Wah, aku ora wani, Mas". Akhirnya, kata pamungkas itu keluar dari mulutku.

Duuuh,.. Gusti paringono kandel iman.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home